……………………………….
Bagi Sukarno, “Marhaen” bukan hanya melambangkan perwakilan terbaik kelas bawah – layaknya partai buruh di negara manapun misalnya bagi kaum “proletar” (buruh, buruh tani, pengrajin, dsb). Bagi Sukarno Marhaen mewakili mayoritas rakyat kecil Indonesia pada umumnya yang – apakah ia pekerja atau wiraswasta – hidup termajinalkan. Bahkan eksistensi mereka pun sangat rapuh. Mereka berada di ambang batas kelangsungan hidupnya tapi sebagian terbesar kebutuhan materi, ekonomi, sosial dan politiknya hampir samasekali tidak terpenuhi. Mayoritas orang Indonesia hidup menderita dan menghadapi resiko eksistensial dari satu saat ke saat lainnya. Inilah rakyat Indonesia yang tidak mampu bahkan untuk menjalani standar hidup minimal sekalipun, serta standar keamanan dan keadilan.